oleh -Nasrul Muhammad Khoirunnur- pada 18 September 2010 jam 11:49
Assalamu'alaikum
warahmatullah wabarakatuh, kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga
selalu menaungi hari hari anda, Saudaraku yg kumuliakan,saya adalah
seorang anak yg sangat dimanja oleh ayah saya, ayah saya selalu
memanjakan saya lebih dari anaknya yg lain, namun dimasa baligh, justru
saya yg putus sekolah, semua kakak saya wisuda, ayah bunda saya bangga
pada mereka, dan kecewa pada saya, karena saya malas sekolah, saya
lebih senang hadir majelis maulid Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar
bin Hud Alalttas, dan Majelis taklim kamis sore di empang bogor, masa
itu yg mengajar adalah Al Marhum Al Allamah Alhabib Husein bin Abdullah
bin Muhsin Alattas dg kajian Fathul Baari. sisa hari hari saya adalah
bershalawat 1000 siang 1000 malam, zikir beribu kali, dan puasa nabi
daud as, dan shalat malam berjam jam, saya pengangguran, dan sangat
membuat ayah bunda malu. ayah saya 10 tahun belajar dan tinggal di
Makkah, guru beliau adalah Almarhum Al Allamah Alhabib Alwi Al Malikiy,
ayah dari Al Marhum Al Allamah Assayyid Muhammad bin Alwi Al Malikiy,
ayah saya juga sekolah di Amerika serikat, dan mengambil gelar sarjana
di New york university. almarhum ayah sangat malu, beliau mumpuni dalam
agama dan mumpuni dalam kesuksesan dunia, beliau berkata pada saya :
kau ini mau jadi apa?, jika mau agama maka belajarlah dan tuntutlah
ilmu sampai keluar negeri, jika ingin mendalami ilmu dunia maka
tuntutlah sampai keluar negeri, namun saranku tuntutlah ilmu agama, aku
sudah mendalami keduanya, dan aku tak menemukan keberuntungan apa apa
dari kebanggaan orang yg sangat menyanjung negeri barat, walau aku
sudah lulusan New York University, tetap aku tidak bisa sukses di dunia
kecuali dg kelicikan, saling sikut dalam kerakusan jabatan, dan aku
menghindari itu. maka ayahanda almarhum hidup dalam kesederhanaan di
cipanas, cianjur, Puncak. Jawa barat, beliau lebih senang menyendiri
dari ibukota, membesarkan anak anaknya, mengajari anak2nya mengaji,
ratib, dan shalat berjamaah. namun saya sangat mengecewakan ayah bunda
karena boleh dikatakan : dunia tidak akhiratpun tidak. namun saya
sangat mencintai Rasul saw, menangis merindukan Rasul saw, dan sering
dikunjungi Rasul saw dalam mimpi, Rasul saw selalu menghibur saya jika
saya sedih, suatu waktu saya mimpi bersimpuh dan memeluk lutut beliau
saw, dan berkata wahai Rasulullah saw aku rindu padamu, jangan
tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal bisa jumpa dg mu.., ataukan
matikan aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini,,, Rasul saw menepuk
bahu saya dan berkata : munzir, tenanglah, sebelum usiamu mencapai 40
tahun kau sudah jumpa dg ku.., maka saya terbangun.. akhirnya karena
ayah pensiun, maka ibunda membangun losmen kecil didepan rumah berupa 5
kamar saja, disewakan pada orang yg baik baik, untuk biaya nafkah, dan
saya adalah pelayan losmen ibunda saya. setiap malam saya jarang
tidur, duduk termenung dikursi penerimaan tamu yg cuma meja kecil dan
kursi kecil mirip pos satpam, sambil menanti tamu, sambil tafakkur,
merenung, melamun, berdzikir, menangis dan shalat malam demikian malam
malam saya lewati, siang hari saya puasa nabi daud as, dan terus
dilanda sakit asma yg parah, maka itu semakin membuat ayah bunda
kecewa, berkata ibunda saya : kalau kata orang, jika banyak anak, mesti
ada satu yg gagal, ibu tak mau percaya pada ucapan itu, tapi apakah
ucapan itu kebenaran?. saya terus menjadi pelayan di losmen itu,
menerima tamu, memasang seprei, menyapu kamar, membersihkan toilet,
membawakan makanan dan minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air
putih, atau nasi goreng buatan ibunda jika dipesan tamu. sampai semua
kakak saya lulus sarjana, saya kemudian tergugah untuk mondok, maka
saya pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf di Bukit duri jakarta
selatan, namun hanya dua bulan saja, saya tidak betah dan sakit
sakitan karena asma terus kambuh, maka saya pulang. ayah makin malu,
bunda makin sedih, lalu saya prifat saja kursus bahasa arab di kursus
bahasa arab assalafi, pimpinan Almarhum Hb Bagir Alattas, ayahanda dari
hb Hud alattas yg kini sering hadir di majelis kita di almunawar. saya
harus pulang pergi jakarta cipanas yg saat itu ditempuh dalam 2-3 jam,
dg ongkos sendiri, demikian setiap dua kali seminggu, ongkos itu ya
dari losmen tsb. saya selalu hadir maulid di almarhum Al Arif Billah
Alhabib Umar bin Hud alattas yg saat itu di cipayung, jika tak ada
ongkos maka saya numpang truk dan sering hujan hujanan pula. sering
saya datang ke maulid beliau malam jumat dalam keadaan basah kuyup, dan
saya diusir oleh pembantu dirumah beliau, karena karpet tebal dan
mahal itu sangat bersih, tak pantas saya yg kotor dan basah
menginjaknya, saya terpaksa berdiri saja berteduh dibawah pohon sampai
hujan berhenti dan tamu tamu berdatangan, maka saya duduk dil;uar teras
saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga. saya sering
pula ziarah ke luar batang, makam Al Habib husein bin Abubakar
Alaydrus, suatu kali saya datang lupa membawa peci, karena datang
langsung dari cipanas, maka saya berkata dalam hati, wahai Allah, aku
datang sebagai tamu seorang wali Mu, tak beradab jika aku masuk ziarah
tanpa peci, tapi uangku pas pasan, dan aku lapar, kalau aku beli peci
maka aku tak makan dan ongkos pulangku kurang.., maka saya memutuskan
beli peci berwarna hijau, karena itu yg termurah saat itu di emperan
penjual peci, saya membelinya dan masuk berziarah, sambil membaca
yaasin utk dihadiahkan pada almarhum, saya menangisi kehidupan saya yg
penuh ketidak tentuan, mengecewakan orang tua, dan selalu lari dari
sanak kerabat, karena selalu dicemooh, mereka berkata : kakak2mu semua
sukses, ayahmu lulusan makkah dan pula new york university, koq anaknya
centeng losmen.. maka saya mulai menghindari kerabat, saat lebaranpun
saya jarang berani datang, karena akan terus diteror dan dicemooh.
walhasil dalam tangis itu saya juga berkata dalam hati, wahai wali
Allah, aku tamumu, aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yg
shalih disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku
lapar dan tak cukup ongkos pulang.., lalu dalam saya merenung,
datanglah rombongan teman teman saya yg pesantren di Hb Umar bin
Abdurrahman Assegaf dg satu mobil, mereka senang jumpa saya, sayapun
ditraktir makan, saya langsung teringat ini berkah saya beradab di
makam wali Allah.. lalu saya ditanya dg siapa dan mau kemana, saya
katakan saya sendiri dan mau pulang ke kerabat ibu saya saja di pasar
sawo, kb Nanas Jaksel, mereka berkata : ayo bareng saja, kita antar
sampai kebon nanas, maka sayapun semakin bersyukur pada Allah, karena
memang ongkos saya tak akan cukup jika pulang ke cipanas, saya sampai
larut malam di kediaman bibi dari Ibu saya, di ps sawo kebon nanas,
lalu esoknya saya diberi uang cukup untuk pulang, sayapun pulang ke
cipanas.. tak lama saya berdoa, wahai Allah, pertemukan saya dg guru
dari orang yg paling dicintai Rasul saw, maka tak lama saya masuk
pesantren Al Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abubakar di Bekasi timur, dan
setiap saat mahal qiyam maulid saya menangis dan berdoa pada Allah
untuk rindu pada Rasul saw, dan dipertemukan dg guru yg paling dicintai
Rasul saw, dalam beberapa bulan saja datanglah Guru Mulia Al Musnid Al
Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ke pondok itu, kunjungan pertama
beliau yaitu pd 1994. Selepas beliau menyampaikan ceramah, beliau
melirik saya dg tajam.., saya hanya menangis memandangi wajah sejuk
itu.., lalu saat beliau sudah naik ke mobil bersama almarhum Alhabib
Umar maula khela, maka Guru Mulia memanggil Hb Nagib Bin Syeikh
Abubakar, Guru mulia berkata bahwa beliau ingin saya dikirim ke Tarim
Hadramaut yaman untuk belajar dan menjadi murid beliau, Guru saya hb
Nagib bin syeikh abubakar mengatakan saya sangat belum siap, belum bisa
bahasa arab, murid baru dan belum tahu apa apa, mungkin beliau salah
pilih..?, maka guru mulia menunjuk saya, itu.. anak muda yg pakai peci
hijau itu..!, itu yg saya inginkan.., maka Guru saya hb Nagib memanggil
saya utk jumpa beliau, lalu guru mulia bertanya dari dalam mobil yg
pintunya masih terbuka : siapa namamu?, dalam bahasa arab tentunya, saya
tak bisa menjawab karena tak faham, maka guru saya hb Nagib menjawab :
kau ditanya siapa namamu..!, maka saya jawab nama saya, lalu guru
mulia tersenyum.. keesokan harinya saya jumpa lagi dg guru mulia di
kediaman Almarhum Hb bagir Alattas, saat itu banyak para habaib dan
ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi murid guru
mulia, maka guru mulia mengangguk angguk sambil kebingungan menghadapi
serbuan mereka, lalu guru mulia melihat saya dikejauhan, lalu beliau
berkata pada almarhum hb umar maula khela : itu.. anak itu.. jangan
lupa dicatat.., ia yg pakai peci hijau itu..!, guru mulia kembali ke
Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya hb Nagib bin syekh abubakar,
seraya berkata : wahai munzir, kau harus siap siap dan bersungguh
sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat
sebelum siap.. dua bulan kemudian datanglah Almarhum Alhabib Umar maula
khela ke pesantren, dan menanyakan saya, alm hb umar maulakhela
berkata pada hb nagib : mana itu munzir anaknya hb Fuad almusawa?, dia
harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya,
maka hb nagib berkata saya belum siap, namun alm hb umar maulakhela dg
tegas menjawab : saya tidak mau tahu, namanya sudah tercantum untuk
harus berangkat, ini pernintaan AL Habib Umar bin Hafidh, ia harus
berangkat dlm dua minggu ini bersama rombongan pertama.. saya
persiapkan pasport dll, namun ayah saya keberatan, ia berkata : kau
sakit sakitan, kalau kau ke Mekkah ayah tenang, karena banyak teman
disana, namun ke hadramaut itu ayah tak ada kenalan, disana negeri
tandus, bagaimana kalau kau sakit?, siapa yg menjaminmu..?, saya pun
datang mengadu pd Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin hud Alattas,
beliau sudah sangat sepuh, dan beliau berkata : katakan pada ayahmu,
saya yg menjaminmu, berangkatlah.. saya katakan pada ayah saya, maka
ayah saya diam, namun hatinya tetap berat untuk mengizinkan saya
berangkat, saat saya mesti berangkat ke bandara, ayah saya tak mau
melihat wajah saya, beliau buang muka dan hanya memberikan tangannya
tanpa mau melihat wajah saya, saya kecewa namun saya dg berat tetap
melangkah ke mobil travel yg akan saya naiki, namun saat saya akan
naik, terasa ingin berpaling ke belakang, saya lihat nun jauh disana
ayah saya berdiri dipagar rumah dg tangis melihat keberangkatan
saya..., beliau melambaikan tangan tanda ridho, rupanya bukan beliau
tidak ridho, tapi karena saya sangat disayanginya dan dimanjakannya,
beliau berat berpisah dg saya, saya berangkat dg airmata sedih.. saya
sampai di tarim hadramaut yaman dikediaman guru mulia, beliau mengabsen
nama kami, ketika sampai ke nama saya dan beliau memandang saya dan
tersenyum indah, tak lama kemudian terjadi perang yaman utara dan yaman
selatan, kami di yaman selatan, pasokan makanan berkurang, makanan
sulit, listrik mati, kamipun harus berjalan kaki kemana mana menempuh
jalan 3-4km untuk taklim karena biasanya dg mobil mobil milik guru
mulia namun dimasa perang pasokan bensin sangat minim suatu hari saya
dilirik oleh guru mulia dan berkata : Namamu Munzir.. (munzir = pemberi
peringatan), saya mengangguk, lalu beliau berkata lagi : kau akan
memberi peringatan pada jamaahmu kelak...!. maka saya tercenung.., dan
terngiang ngiang ucapan beliau : kau akan memberi peringatan pada
jamaahmu kelak...?, saya akan punya jamaah?, saya miskin begini bahkan
untuk mencuci bajupun tak punya uang untuk beli sabun cuci.. saya mau
mencucikan baju teman saya dg upah agar saya kebagian sabun cucinya,
malah saya dihardik : cucianmu tidak bersih...!, orang lain saja yg
mencuci baju ini.. maka saya terpaksa mencuci dari air bekas
mengalirnya bekas mereka mencuci, air sabun cuci yg mengalir itulah yg
saya pakai mencuci baju saya hari demi hari guru mulia makin sibuk,
maka saya mulai berkhidmat pada beliau, dan lebih memilih membantu
segala permasalahan santri, makanan mereka, minuman, tempat menginap
dan segala masalah rumah tangga santri, saya tinggalkan pelajaran demi
bakti pada guru mulia membantu beliau, dengan itu saya lebih sering
jumpa beliau.[i]2 tahun di yaman ayah saya sakit, dan telepon, beliau
berkata : kapan kau pulang wahai anakku..?, aku rindu..? saya jawab :
dua tahun lagi insya Allah ayah.. ayah menjawab dg sedih ditelepon..
duh.. masih lama sekali.., telepon ditutup, 3 hari kemudian ayah saya
wafat.. saya menangis sedih, sungguh kalau saya tahu bahwa saat saya
pamitan itu adalah terakhir kali jumpa dg beliau.. dan beliau buang
muka saat saya mencium tangan beliau, namun beliau rupanya masih
mengikuti saya, keluar dari kamar, keluar dari rumah, dan berdiri di
pintu pagar halaman rumah sambil melambaikan tangan sambil mengalirkan
airmata.., duhai,, kalau saya tahu itulah terakhir kali saya melihat
beliau,., rahimahullah..[/i] tak lama saya kembali ke indonesia,
tepatnya pada 1998, mulai dakwah sendiri di cipanas, namun kurang
berkembang, maka say mulai dakwah di jakarta, saya tinggal dan menginap
berpindah pindah dari rumah kerumah murid sekaligus teman saya,
majelis malam selasa saat itu masih berpindah pindah dari rumah
kerumah, mereka murid2 yg lebih tua dari saya, dan mereka kebanyakan
dari kalangan awam, maka walau saya sudah duduk untuk mengajar, mereka
belum datang, saya menanti, setibanya mereka yg cuma belasan saja,
mereka berkata : nyantai dulu ya bib, ngerokok dulu ya, ngopi dulu ya,
saya terpaksa menanti sampai mereka puas, baru mulai maulid
dhiya'ullami.., jamaah makin banyak, mulai tak cukup dirumah rumah,
maka pindah pindah dari musholla ke musholla,. jamaah makin banyak,
maka tak cukup pula musholla, mulai berpindah pindah dari masjid ke
masjid, lalu saya membuka majelis dihari lainnya, dan malam selasa
mulai ditetapkan di masjid almunawar, saat itu baru seperempat masjid
saja, saya berkata : jamaah akan semakin banyak, nanti akan setengah
masjid ini, lalu akan memenuhi masjid ini, lalu akan sampai keluar
masjid insya Allah.. jamaah mengaminkan.. mulailah dibutuhkan kop
surat, untuk undangan dlsb, maka majelis belum diberi nama, dan saya
merasa majelis dan dakwah tak butuh nama, mereka sarankan majelis hb
munzir saja, saya menolak, ya sudah, majelis rasulullah saw saja, kini
jamaah Majelis Rasulullah sudah jutaan, di Jabodetabek, jawa barat,
banten, jawa tengah, jawa timur, bali, mataram, kalimantan, sulawesi,
papua, singapura, malaysia, bahkan sampai ke Jepang, dan salah satunya
kemarin hadir di majelis haul badr kita di monas, yaitu Profesor dari
Jepang yg menjadi dosen disana, dia datang keindonesia dan mempelajari
bidang sosial, namun kedatangannya juga karena sangat ingin jumpa dg
saya, karena ia pengunjung setia web ini, khususnya yg versi english..
sungguh agung anugerah Allah swt pada orang yg mencintai Rasulullah
saw, yg merindukan Rasulullah saw... itulah awal mula hamba pendosa ini
sampai majelis ini demikian besar, usia saya kini 38 tahun jika dg
perhitungan hijriah, dan 37 th jika dg perhitungan masehi, saya lahir
pd Jumat pagi 19 Muharram 1393 H, atau 23 februari 1973 M. perjanjian
Jumpa dg Rasul saw adalah sblm usia saya tepat 40 tahun, kini sudah
1431 H, mungkin sblm sempurna 19 Muharram 1433 H saya sudah jumpa dg
Rasul saw, namun apakah Allah swt akan menambah usia pendosa ini..?
Wallahu a'lam salam rindu terdalam untuk anda.
http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&catid=9&id=25849#25849
do'akan selalu untuk kesembuhan beliau .majelisrasulullah.org -
Re:ingin mendengarkan habib bercerita - Forum Majelis
Rasulullahwww.majelisrasulullah.orgMajelis Rasulullah - Komunitas online
pecinta Rasulullah saw
0 komentar:
Posting Komentar